Tugu Pahlawan dibanjiri ratusan penonton. Minggu pagi 07/09/12, penduduk di sekitar daerah Tugu Pahlwan serta dari berbagai kota berdatangan menambah nuansa riuh. Daerah Tugu Pahlawan pada pagi hari memang selalu ramai pengunjung, karena di sepanjang jalannya tergelar berbagai barang dagangan, mulai dari batik, pakaian, sampai pentol atau es krim dengan jinglenya yang khas. Tak salah jika julukan daerah ini juga disebut “TP”, alih-alih anda ingin ke mall (Tunjunga Plaza, red), anda akan diturunkan di tempat monumental ini.
Namun, pagi ini berbeda dengan
pagi-pagi biasanya. Lalu lalang terlihat, pemuda dan bapak-bapak mengenakan
seragam koloni tempo dulu. Hari ini ada agenda rutin komunitas Roderbrug
Soerabaia untuk menampilkan aksi teatrikal. Biasanya, komunitas ini bersama
komunitas pecinta sejarah lainnya mengadakan aksi teatrikal sebulan dua kali. Bertepatan dengan memperingati Jambore, maka
tema kali ini adalah ‘ Jambore Sejarah Kemiliteran’. Roderbrug bekerjasama
dengan Pemkot Surabaya, dan beberapa sponsor, seperti Metro Fm, heerlijk
Gelato, PPCA, ARCinc, dan banyak lagi.
Terlihat, sekelompok berpakaian
militer tempo dulu yang berwarna hijau puyeh,
dan yang kelompok lain berwarna hijau terang. Terjawab, yang berpakaian
hijau muda luntur menggambarkan pejuang Indonesia, sementara hijau tua yang lengkap
dengan topi koloni khasnya menggambarkan koloni Jepang. Beberapa pejuang
Indonesia terlihat memakai tutup kepala hitam, yang bernama peci.
Tugu pahlawan menjulang dengan
megahnya, saya berjalan ke dalam menelusuri tiang-tiang besar lainnya. Relief
di sepanjang pintu utama ini menuangkan kisah perjuangan Kota Surabaya. Terlihat,
berjejer sepeda ontel dan sepeda motor tua yang klasik. Sekarang saya menanti,
aksi teatrikal dari kumpulan komunitas pecinta Sejarah. Komunitas ini terdiri
dari Roderburg Soerabaia, KPK (Komunitas Penggiat Kebangsaan), Arhanu, Kopaska,
dan Pejuang Malang. Mereka semua akan memainkan aksi teatrikal dari kisah nyata
yang ditulis dalam novel ‘Sang Patriot’.
Dikisahkan, ada seorang pejuang
Indonesia yang melawan serdadu Belanda di Kota Jember, ia bernama Moch. Sroedji.
Sroedji yang bertempur demi kemerdekaan Indonesia ini akhirnya tewas tertembak.
Lalu serdadu Jepang dengan sadisnya menyiksa, memukuli, hingga memotong salah
satu jari mayat Sroedji. Novel ‘Sang Patriot’ ini adalah buah tangan dari cucu
Sroedji.
Teatrikal dimulai, penonton
serius menyimak aksi ini. Blitz-blitz photographer
terlihat dimana-mana, sambil setengah berlari untuk mengambil angle yang pas. Wartawan sibuk mengambil
gambar yang pas dan dramatis. Pejuang-pejuang satu demi satu maju melawan
musuh. Selang beberapa menit, satu persatu pula, pejuang-pejuang kita
tertembak. Suara tembakan membahana di sana-sini, juga asap menggumpal setelah
bunyi letusan. Dalam perang ini, serdadu Jepang berhasil menang. Pejuang Indonesia
sedih dan marah sambil mengangkat senjata.
Tidak hanya aksi teatrikal yang
dipertontonkan, namun juga ada tarian daerah jawa timuran. Band music keroncongpun
siap memeriahkan suasana pagi ini. Ketika matahari agak meninggi, akan ada
kontes militer dan tour ke Benteng
Kedung Cowek. Tontonan gratis ini tentu
saja tidak hanya menghibur, namun juga memperkaya pengetahuan sejarah. “Tujuan
kami mengadakan tontonan ini untuk silahturahmi antar komunitas pecinta
sejarah, pecinta sepeda motor tua, sepeda ontel tua, dll. Lebih ditekankan lagi
agar masyarakat, khususnya kaum muda, pelajar hingga mahasiswa mengerti sejarah
dan mengingat perjuangan pejuang kita” terang Robin selaku Ketua pelaksana.
Aksi teatrikal yang mengundang
adrenalin ini perlu kita lihat dan renungkan, khususnya bagi kaum muda, pelajar
sampai mahasiswa. Agar kita tahu betapa susahnya arti sebuah kata ‘merdeka’ dan
betapa pentingnya untuk mempertahankan makna arti ‘merdeka’. Ingatlah kita pada
semboyan dari pidato Bapak Proklamator, “Jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah”.
Mohon maaf. Untuk koreksi. Letkol Moch. Sroedji bertempur melawan Belanda bukannya Jepang. Terima kasih. Semoga berkenan :)
BalasHapusOh, maaf berarti saya yang salah :) terimakasih atas pembenarannya :)
BalasHapus