Kamis, 14 Maret 2013

Rektorat IAIN Sunan Ampel Memanas


(Rabu, 06 Maret 2013 – 09.15 WIB)
Puncak kemarahan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya menguap setelah aksi tutup mulut dan konvoi keliling di dalam kampus dilakukan sebelumnya selama dua hari. Aksi mereka bukan tanpa meditasi terlebih dahulu. Pada Selasa (05/03/13, 15.00 WIB) beberapa perwakilan mahasiswa melakukan dialog pada Pembantu rektor II dan III namun tanggapan masih menghasilkan pernyataan yang sama. “akan kami usahakan, akan kami sampaikan ke atasan-atasan terus-terus adanya lembaga itu tidak merta-merta ada tapi masih melalui diskusi dan pertimbangan yang panjang” jelas Pembantu Rektor II, Zumrotul Mukaffa.


Hari ini, asap sepeda motor dan mobil pick-up datang bersama rombongan demonstran lengkap dengan suara khas knalpot sepeda motor mereka. Dengan sigap mereka mulai membuka segel pengaman gedung Rektorat yang berupa lilitan besi. Aksi dimulai dengan teriakan keras dari puluhan demostran.
Mereka menuntut pihak rektorat untuk menjelaskan Dana Pratikum dan Puspema  (Pusat Pendampingan Mahasiswa) yang sejak tahun 2009 hingga kini masih abu-abu. Dana Pratikum ini dikenai Rp.200.000,- atau Rp. 300.000,-/semester. Mereka menduga ada praktik korupsi atas hak mereka tersebut.
Orasi demi orasi terus menggema. Mereka menginginkan masuk ke dalam Gedung Rektorat yang dihalangi oleh petugas keamanan kampus. Tak dihindarkan aksi saling dorong terjadi antar mahasiswa dan petugas keamanan. Akhirnya mereka menunggu kedatangan Abdul A’la selaku Rektor Kampus di depan gedung.
Menggenakan kemeja putih dan dasi merah, Abdul A’la menjelaskan hal yang dituntut oleh mahasiswa terkait aliran dana Pratikum dan Puspema. Menurutnya, dana tersebut memang belum dicairkan oleh pihak DPR yang memegang kebijakan pencairan dana kampus. Penjelasan dari Abdul A’la ini masih dinilai belum memberi titik terang, khususnya untuk mahasiswa semester akhir yang sebentar lagi akan meninggalkan kampus. Bila sudah demikian maka hak mahasiswa tersebut belum terpenuhi hingga lulus. “kembalikan uang kami” teriak salah satu demostran diikuti oleh demostran lain.
Ketua Puspema, Boay kemudian menemui mahasiswa dan mulai menjelaskan terkait dana Puspema selama ini. Ia mengaku bahwa setiap kegiatan Puspema membutuhkan dana untuk memberi honor narasumber. “Setiap kegiatan itu ada honor narasumber, kebetulan narasumber yang ada dari dosen-dosen terbaik di kampus ini” ujar Bapak yang memakai kacamata ini. Namun mahasiswa tidak sepenuhnya percaya dan terus meminta transparasi dana ini. Mahasiswa sendiri mengaku memiliki bukti tertulis anggaran dana Puspema yang ditarik sejak tahun 2009. “lebih dari Rp. 1 Miliyar” teriak mahasiswa selaku korlap (koordinator lapangan). Membalas penyataan itu, Ketua Pema tersebut mempersilahkan untuk mengecek keuangan dana Puspema di Rektorat Bagian Keuangan, “silahkan cek ke bagian keuangan, tanya BPK atau KPK”. Tak lupa, ia juga meminta maaf bila program Puspema selama ini belum diikuti secara menyeluruh oleh mahasiswa. Akhirnya, Kepala Puspema masuk gedung untuk memanggil Bagian Keuangan setelah didesak terkait dana pelantikannya.
Mereka terus berusaha untuk masuk ke dalam gedung Rektorat. Aksi saling dorong terus terjadi, mengikuti aba-aba hitungan mundur dari korlap. Petugas keamanan terus menghalangi masuknya mereka ke dalam. Penungguan penjelasan dari  Bagian Keuangan tidak segera datang. Kamera demi kamera terus menyoroti bagian dalam Gedung Rektorat. Seketika itu pula, seorang mahasiswa melempar sebuah pot bunga yang hampir mengenai petugas keamanan. Marah oleh kedua pihak inipun terjadi, beruntung mahasiswa saling mengingatkan untuk tidak memperpanjang masalah.
Mereka kemudian meminta selembar kertas untuk membuat bukti tertulis untuk hasil tuntutan mereka. Kertas tak kunjung datang, terik matahari semakin menyengat seakan mendukung emosi mereka. Orasi demi orasi berkumandang, teriakan terus bergema di depan gedung ini. Penonton semakin banyak terlihat di sekitar tempat kejadian.
Kertas tak kunjung datang juga, mereka terus berteriak dan bernyanyi, “hati-hati kompor mleduk”. Tak dielak, nyanyian itupun mengiringi perusakan sarana dan prasana Gedung Rektorat. Mereka mulai memecahkan pot-pot bunga dari yang ukuran kecil hingga besar. Entah apa yang dibatin oleh makhluk hidup di dalam pot tersebut, yang pasti mereka rata dengan tanah. Kalimat “halal” juga bergema dalam aksi ini oleh para demostran. Salah seorang mahasiswa mencoba melempar batu ke kaca Gedung Rektorat sebelah kanan, untung saja kaca itu kebal. Tulisan dinding Rektoratpun coba untuk dirusak. Ketua dan Koordinator demo mengambil sikap untuk mengingatkan demostran tidak semakin anarkis. Namun disela-sela penjelasan oleh Koordinator mereka, seseorang telah melempar batu dan menghantam kaca Gedung Rektorat bagian kiri. Demo semakin ramai, bunyi pecahan kaca semakin terdengar. Demostran dan penonton berlarian. Secepat itu pula, keadaan semakin tidak kondusif. Terjadi saling tarik antar mahasiswa, entah untuk mengingatkan atau berkelahi. Mahasiswa itu saling menarik sampai gerbang kampus. Beruntung, petugas keamanan kampus telah siap menghadang mereka dan menutup pintu gerbang. Korlap dan kawan-kawan terus saling mengingatkan tujuan awal demo mereka hingga akhirnya mereka kembali ke lingkaran tuntutan mereka, meminta transparasi Dana Pratikum dan Puspema yang tak kunjung jelas.
Setelah pemecahan kaca Rektorat itupun, mahasiswa berhasil masuk ke Gedung Rektorat. Mereka kemudian menyita 1 buah CPU (Central Processor Unit)  Keuangan dan beberapa berkas keuangan. Tak hanya itu, ada beberapa berkas keuangan telah menghitam dibakar.
Sore hari, terlihat pasukan polisi telah menetralisir keadaan dan siap berjaga. Mobil stasiun Televisi Nasional  ikut meliput secara langsung dan berjaga-jaga. Konflik internal kampus ini akhirnya terdengar luas dimasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar