Senin, 05 Mei 2014

Cyberculture dalam Film ‘The Way Back Home’.



Jung Yeon, suami dari Jong Bae  dan memiliki satu anak perempuan bernama Hye Rin merasa ditipu oleh temannya sendiri. Karena desakan ekonomi, Jung Yeon mengambil tawaran kerja dari temannya mengantarkan kiriman batu permata ke Paris. Namun hanya perempuan yang boleh mengerjakan hal ini. demi keluarga, Jong Bae mengambil tawaran ini tanpa sepengetahuan suaminya. Di Bandara Paris, Jong Bae yang gelisah diciduk oleh petugas keamanan. Dan tertangkap membawa satu koper kokain.
Atas tuduhan itu, Jong Bae dipenjara di Paris. Tanpa pertolongan dari Kedutaan Korea, Jong Bae dipindahkan ke penjara di Afrika atas tuduhan membawa obat terlarang dan imigran gelap. Masa pahit dilaluinya, kemudian dibuang lagi ke penjara khusus wanita di pulau pendalaman Afrika. Tak ada Birokrasi pemerintahnya yang membantunya. Selama dua tahun, Jong Bae dipenjara dan telah putus asa untuk sekedar hidup. Namun, selama itu pula tak ada persidangan mengenai dirinya.
Jung Yeon sebagai suami bekerja keras untuk menemukan dan membebaskan istrinya. Namun, pemerintah tak ada yang menggubrisnya. Hanya salah satu temannya, pemilik warnet yang membantunya mencari data-data dimana keberadaan Jong Bae. Temannya mengajarkan Jung Yeon tentang kegunaan internet.
Cyberculture
Cyberculture atau budaya cyber saat ini sedang melanda masa postmodern. Budaya cyber adalah segala budaya yang telah atau sedang muncul dari penggunaan jaringan computer (internet) untuk komunikasi, hiburan, dan bisnis. Pembentukan kelompok-kelompok komunikasi muncul dalam jaringan ini, misalnya jejaring social, blog, milis, chat, dll.

Dalam film ini, saat suami istri ini telah putus asa, budaya cyber muncul menolong mereka. Jung Yeon yang panik mendengar berita bahwa istrinya mencoba bunuh diri, langsung mendatangi temannya, sebagai pengawal orang birokrasi di tengah peliputan media. Merasa tak digubris, Jung Yeon menyiram seluruh badannya dengan bensin ingin membakar dirinya. Sehingga sorotan kamera media tertuju padanya.
Setelah itu, teman yang menolongnya mengenalkannya pada seorang penulis yang akan membuat kisah mereka, dengan harapan bisa membebaskan Jong Bae. Kemudian mereka membuat video saat dipertemukannya suami dan istri ini, juga liputan dengan kepala penjara,  dan Kedutaan Korea, yang disinyalir sengaja menghilangkan kasus ini karena Jung Yeon tak bisa memberi sejumlah uang.
Video Ini tayang lewat berbagai media, televisi dan internet. Keadaan ini membuat seluruh masyarakat di dunia berempati dan menginginkan bebasnya Jong Bae. Tulisan curahan hati Jung Yeon yang sangat menginginkan keluarga kecil mereka kembali bersatu, tersebar diberbagai komunitas jaringan computer. Dengan cepat, masyarakat yang membaca memberikan dukungan penuh pada Jong Bae dan mendesak pemerintahan Korea untuk menuntaskan kasus ini. Berjuta-juta orang menyetujui dan mendukung bebasnya Jong Bae yang hanya sebagai korban penipuan.
Kerja keras dari suami istri ini tak sia-sia, Jong Bae menghadiri persidangan dan diputuskan bahwa ia tidak bersalah dan dibebaskan.
Peran cyberculture
Dalam film ini, ditayangkan bagaimana besarnya pengaruh komunikasi lewat cyber atau internet. Dengan banyaknya pengguna internet, semua orang dapat memperkenalkan identitas seseorang. Sekalipun dalam nyatanya, antar pengguna internet tak pernah tatap muka, namun kepercayaan dapat terbentuk (apalagi dengan bukti audio visual yang meyakinkan). Penyebaran informasi yang cepat dam mudah dapat dilakukan oleh budaya ini. Tak hanya berhenti pada suatu Negara, tapi seluruh Negara dapat menikmati informasi terbaru dalam hitungan detik.
Cyberculture membangun identitas sesuatu dengan sangat mudah dan cepat. Setiap orang dapat dengan bebas berbicara, berpendapat, atau bahkan mengecam suatu hal. Sehingga timbal balik atau feed back yang muncul beragam (ada yang mendukung atau tidak mendukung), jaringan computer sangat membantu seseorang untuk menyebarluaskan informasi. Budaya cyber saat ini sangat terkenal dan digandrungi oleh remaja hingga dewasa. Dengan penyorotan suatu masalah lewat media -yang mungkin sebenarnya penting atau tidak penting isu itu- akan menjadi penting, seolah masalah sosial itu menjadi masalah sosial bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar